VCDIVERSITY.ORG – Otoritarianisme, sebuah sistem pemerintahan yang dicirikan oleh konsentrasi kekuasaan di tangan seorang pemimpin atau kelompok kecil, tampaknya mengalami kebangkitan di berbagai belahan dunia. Kebangkitan ini sering terjadi meskipun adanya peraturan konstitusional yang seharusnya membatasi kekuasaan. Artikel ini akan menganalisis beberapa kasus kebangkitan otoritarianisme, mencari pola dan penyebab umum, serta dampaknya terhadap masyarakat dan tatanan global.

Kasus-Kasus Otoritarianisme:

  1. Venezuela: Negara ini merupakan contoh dari transisi demokrasi menuju otoritarianisme. Hugo Chávez dan kemudian Nicolás Maduro, memperkuat kekuasaan eksekutif, mengurangi independensi lembaga peradilan, dan mengekang kebebasan pers.
  2. Turki: Di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdoğan, Turki telah mengalami penurunan kebebasan sipil dan media, dengan pemerintah mengambil alih atau menutup media yang kritis dan menahan aktivis serta penentang politik.
  3. Filipina: Rodrigo Duterte, terkenal dengan pendekatannya yang keras terhadap kejahatan dan narkotika, secara efektif melemahkan oposisi dan mengancam institusi demokrasi melalui taktik intimidasi dan kekuasaan eksekutif yang berlebihan.

Pola dan Penyebab Kebangkitan Otoritarianisme:

  1. Kegagalan Institusi Demokratis: Institusi yang lemah atau gagal sering kali menciptakan ruang bagi pemimpin otoriter untuk mengambil alih.
  2. Krisis Ekonomi dan Sosial: Krisis ekonomi, seperti inflasi tinggi atau pengangguran, dapat memicu kebangkitan otoritarianisme dengan pemimpin yang menjanjikan stabilitas dan tindakan tegas.
  3. Politik Identitas: Penggunaan politik identitas dapat memecah belah masyarakat, memungkinkan pemimpin otoriter untuk memanipulasi kelompok-kelompok dan memperkuat kekuasaan mereka.
  4. Teknologi dan Pengawasan: Kemajuan teknologi telah memungkinkan negara-negara otoriter untuk meningkatkan pengawasan dan kontrol terhadap warganya.

Dampak Kebangkitan Otoritarianisme:

  1. Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Negara-negara otoriter cenderung memiliki catatan buruk dalam hal hak asasi manusia, termasuk penindasan terhadap oposisi politik dan minoritas.
  2. Ketidakstabilan Regional: Kebangkitan otoritarianisme dapat menyebabkan ketidakstabilan regional, seringkali melalui konflik atau ekspansi militer.
  3. Pengaruh Global: Negara-negara otoriter, seperti Rusia dan China, telah menggunakan kekuatan ekonomi dan militer mereka untuk menantang tatanan liberal yang berbasis aturan.

Langkah-Langkah Menanggapi Kebangkitan Otoritarianisme:

  1. Diplomasi dan Tekanan Internasional: Komunitas internasional dapat memainkan peran dalam mengatasi otoritarianisme melalui sanksi, diplomasi, dan tekanan hak asasi manusia.
  2. Dukungan untuk Institusi Demokratis: Penguatan institusi demokratis dan sipil adalah kunci dalam melawan konsentrasi kekuasaan yang tidak demokratis.
  3. Pendidikan dan Kesadaran Publik: Pendidikan kritis dan kesadaran publik dapat membantu masyarakat mengenali dan menolak propaganda otoriter.

Kebangkitan otoritarianisme adalah fenomena yang kompleks dan mengkhawatirkan yang menantang prinsip-prinsip demokrasi liberal. Dengan memahami kasus-kasus otoritarianisme, pola yang muncul, dan faktor-faktor penyebabnya, kita dapat merumuskan respons yang lebih efektif untuk mendukung tatanan global yang berbasis aturan dan menghormati hak asasi manusia.