vcdiversity.org

vcdiversity.org – Pertemuan bilateral antara Indonesia dan Inggris telah membuka diskusi penting mengenai masa depan kelapa sawit dalam perdagangan berkelanjutan. Pertukaran pandangan yang dilaksanakan di London pada 30 April 2024 ini melibatkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, dan Menteri Negara untuk Iklim, Lingkungan dan Energi Inggris, Lord Benyon.

Kebijakan Uji Tuntas Inggris dan Implikasinya

  • Pembahasan Utama:
    Dialog ini memusatkan perhatian pada kebijakan baru Inggris tentang Uji Tuntas terhadap Komoditas yang Berisiko terhadap Hutan, yang berpotensi mempengaruhi perdagangan produk Indonesia.
  • Posisi Indonesia:
    Airlangga menekankan bahwa peraturan semacam itu tidak boleh diskriminatif dan harus mematuhi prinsip perdagangan multilateral yang adil, khususnya dalam menjamin transparansi dan non-diskriminasi.

Upaya Indonesia dalam Pengendalian Perubahan Iklim

  • Upaya Pemerintah Indonesia:
    Airlangga menyampaikan progres Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, termasuk program B40, reboisasi mangrove, serta inisiatif transisi energi.
  • Peningkatan Target NDC:
    Indonesia telah memperbarui komitmennya dalam National Determined Contribution, meningkatkan target penurunan emisi menjadi 31,89% tanpa bantuan internasional dan 43,20% dengan bantuan internasional.

Pendekatan Inggris dalam Kemitraan Keberlanjutan

  • Kebijakan Inggris:
    Lord Benyon menggarisbawahi pendekatan kemitraan Inggris dalam aturan uji tuntas, yang akan mempertimbangkan standar keberlanjutan yang ada seperti ISPO dan RSPO.
  • Perhatian terhadap Petani Sawit Kecil:
    Inggris menunjukkan keseriusannya dalam memperhatikan dampak aturan ini terhadap petani sawit kecil dan berkomitmen untuk mendukung rantai pasok yang berkelanjutan dan tidak merugikan hutan.

Kesinambungan Dialog Melalui Forum FACT

  • Forum Diskusi:
    Kedua pejabat tersebut sepakat untuk melanjutkan pembicaraan melalui forum FACT, yang diharapkan dapat menjadi tempat berdialog tentang perdagangan komoditas yang berkelanjutan dan terkait dengan isu deforestasi.

Pertemuan ini menekankan komitmen kedua negara untuk menjajaki solusi yang memungkinkan perdagangan kelapa sawit berlangsung dengan prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, sejalan dengan kepentingan ekonomi dan pelestarian hutan. Dialog yang terbuka dan berkesinambungan ini diharapkan dapat membuahkan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi serta pelestarian lingkungan secara global.